Rabu, 10 September 2008

What A Wonderful Yesterday

Gila, baru pertama kali ini, aku merasakan panik banget. Kenapa nggak, masalahnya kemarin itu waktunya untuk memberi undangan event yang aku bikin, ke sekolah tujuan akhir. Nah, kalau sudah diterima undangannya sama itu sekolah, aku dapet stempel dan kontak person sebagai bukti undangan sudah nyampai ke tangan yang bersangkutan di dalam sebuah kertas. Njlalah (pasti orang sselain Jawa ngga tau bahasa ini), waktu aku mau nyerahin undangan terakhir itu,kok tiba-tiba kertas tanda bukti aku menghilang. Aku cari kemana-mana, di dalam atau di luar tas pun ngga ada.

Anehnya, tadi waktu di rumah, kertas itu sudah aku masukin rapat-rapat ke dalam tasku. Tiba-tiba hilang begitu aja. Heran,donk. Panik, pastilah !!. Gimana nggak, yang bikin kertas kumel itu berharga bak sertifikat rumah kan karena di dalamnya ada sembilan tandatangan dan stempel sekolah lain yang sudah aku datengin. Kebayang kalau hilang, berarti aku harus datengin lagi setiap sekolah dan mengemis tandatangan dan stempel sekolahnya. Iya kalau langsung diberi, waktu itu aja ada satu sekolah yang lama buanget ngasih stempelnya, hanya karena ditinggal gurunya mengajar. Aduh, bisa-bisa tua dijalan aku. Kodonglah aku (bahasa Makassar, artinya kasihan,red).

Begitu tahu kertas tanda bukti raib di depan mataku, aku langsung menelpon rumah untuk minta tolong mencarikan di rumah. Mereka bilang nggak ada dimana-mana. Waduh, sudah jatuh ketimpa tangga, kepleset pula. Sial bener nasibku. Saking nggak percaya aku sama orang rumah, aku bela-belain buat pulang demi nyari sendri kertas itu. Alhasil memang nggak ada dimana-mana. Lututku lemes banget. Ngga bisa membayangkan gimana marahnya si bos kalau kertas itu sampai hilang, apalagi karena kecerobohanku. Wahh !!1
Tapi, pepatah orang tua ku memang ngga ada matinya. Mereka bilang kalau Tuhan itu ngga pernah taidur alias tidur. Kalau kamu minta dan yakin, seaneh apapun permintaan mu pasti dikabulin. Cuma masuk akal, tapi akalnya siapa aku nggak tahu. Waktu dijalan sambil mecucu, aku minta sama Tuhan supaya kertas itu ketemu. Dalam bentuk utuh pastinya. Aku sudah mikir yang nggak-nggak, umpama kertas itu jatuh ke dalam got, ditemu orang terus dibuang ke tempat sampah karena dianggap kertas ngak jelas, sampai dibuat bungkus gorengan sama tukang gorengan.

Waktu dirumah tadi, sambil mengurangi pahal puasa dengan marah2, aku membuat lagi tanda bukti yang baru. Bener bener baru ! Kosongan tanpa ada stempel atau CP siapapun. Sambil berpiir pula kalau harus kembali ke satu persatu sekolah yang sudah aku datengin.
Dasar Dewi fortuna memang bikin happy (memangnya Dewi Persik aja yang bisa bikin happy), tiba-tiba waktu aku sudah menginjakan kaki di sekolah tempat "nyawaku" hilang tadi, tiba-tiba... TAK TAK DUK DUK DES. Aku melihat secuil bayangan (halah), alias sehelai, selembar, sebuah, atau seapapun itulah,kertas tanda buktiku yang hilang !!. TA DA !! Akhirrrrnyaa. Hufff.. Waktu aku buka tuh kertas sialan, aku melihat stempel2 nya yang membuat mataku langsung kinclong, kayak ketemu Titi Kamal lah. Seneng bukan main lah. Langsung aku sujud seketika itu pula. Legaaa rasane. Dasar Wong Jowo tenan, sudah sial, masih adja untung.

Yah, walaupun sudah mengorbankan satu buah kuliah pada hari naas itu, tapi akhirnya tetap lega. Kalau ada lagu Cinta ini Membunuhku, aku bakalan mengganti dengan Kertas ini Membunuhku. Pancene...!1


-Every man suffers pain, either the pain of hard work, or the pain of regrets-

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger