Sabtu, 20 Februari 2010

MatKul Baru: SOK388 Ilmu Kesabaran


Setel How Deep Is Your Love di handphone...

Klik repeat song, biar lagunya muter-muter terus...

Entahlah, tapi irama dan vokal mbak-mbak The Bird And The Bee ini seriously bikin adem. Nyesss... Lumayan buat ngilangin stres dan kalut hari ini. Persetan mbak-mbak itu ngomel-ngomel kecapekan nyanyi. Piss.! =D

Cerita dikit soal daily activity, ya. Eits, kamu kan tinggal baca. Jangan ngomel.

It’s been my freaky Friday. Tadi bangun jam 8 pagi. Pas bangun, kepala langsung spaneng, inget ntar ada rapat koordinator jam sepuluh di kampus.

Ups, saya lupa!. Saya harus buru-buru ngampus. Sebelum rapat, saya pengin beres-beres kandang (baca: ruang) tempat kumpul organisasi mahasiswa itu. Sendirian. Maklum, autis lagi kumat. Dan lagi nggak pengin ngrepotin orang. Nah, saya baik, kan.

Terimakasih tepuk tangannya.

Tapi, sumpah, gudang militer masih jauuuh lebih rapi ketimbang ruangan tadi. Luasnya cuma 3x4 meter. Tapi kalo ditotal, ada 50 lebih jenis barang di sana. Arggh, makin bikin gemes.

Itu belum seberapa. Ada satu item yang punya tiga ukuran. Itu tuh, barang kesayangan emak-emak yang sering dipajang di “etalase” a.k.a halaman rumah buat jemur kerupuk. Bingo, tampah!. Di ruangan kami, produk pasar itu ada banyak ukuran. Kecil, nanggung, sampe jumbo. Nanggung pun juga dibagi tiga kategori, ada yang nanggung condong ke arah besar, lilbit kecil, dan nanggung yang bener-bener nanggung. Halah, intinya banyaklah.

Wah, saya belum jelasin kenapa tampah itu bisa ngisi daftar tamu di sana. Jadi begini, ruangan itu mirip deposit counter jangka panjang. Ya, kalo di kartun, mirip kantong ajaib Doraemon. Another words again: gudang. Semuanya ketampung. Termasuk peralatan acara ospek jurusan yang digelar di luar kota yang seluruhnya tak bertuan. Dan karena semuanya males-malesan mengakuisisi (coba yang diakusisi PT Sampoerna), ditaruhlah benda-benda itu di ruangan itu.

Sejam-an krusak-krusuk di sana lumayan berbuah. Total tiga karung sampah segede gaban (wait, emang ada yang pernah tau gedenya mas Gaban?) berhasil dienyahkan. Fiuh, akhirnya bisa napas lega.

Tapi justru disitu tuh trouble maker-nya. Tenaga saya sudah terkuras, tapi rapat belum dimulai. Plus, ada beberapa anak yang dateng telat. Ayo, hati nurani, kamu harus kerja rodi. Thinking (more and more) positive!.

Saya termasuk orang yang benci telat. Cielee, berlagak sok keren, nih. Dulu, waktu jadi buruh keyboard, saya pejuang deadline. Satu telat semua rusak. Ngulang dari awal juga percuma. Tapi itu masih terbantu karena saya di bayar. Walaupun cuman numpang lewat di ATM, tapi serius, honor itu ibarat Aa Gym ceramah di lokalisasi Dolly. Segeeer. Nah, kalau yang sekarang, boro-boro. Tapi bukan berarti aturan boleh dilanggar, kan. He he. Senyum dulu, dong, biar nggak tegang.

Gara-gara telat itu atmosfer rapat juga berubah nggak enak. Bahas tiap masalah nggak bisa detail karena keburu waktu sholat. Saya bukannya menyalahkan waktu sholat, lho, Tuhan-ku. Tapi kadang, manusia itu jadi panik dan kalut kalau waktu sudah mengejar. Betul, Om Zainuddin?

Tapi, saya salut juga. Kanca-kanca saya juga sudah mau nglewatin weekend (trully weekend karena kampus lagi off) untuk rapat koordinator di “eks” gudang tadi. Itu membantu. :: Ngelus dada ::

Yah, saya mungkin harus ngambil mata kuliah Ilmu Kesabaran semester ini. Maklum, semester lalu sudah ngambil di “kampus” saya yang satunya. Tapi berhubung beda almamater, beda “jas” dan dosen, kan beda juga “belalangnya”. Tapi, makasih lho ya buat ujian kesabarannya, ya kawan. Saya bener-bener bersyukur buat itu. He he. (senyum kecut).

Oiya, untuk mbak-mbak The Bird And The Bee, terimakasih juga sudah di-ninabobo-in, dinyanyiin How Deep Is Your Love limapuluh kali lebih tepat di kuping saya. (*)

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger